PENERAPAN
PEMBELAJARAN KARAKTER PADA SISWA DI KOTA GORONTALO
OLEH
FIRANDA FITTIANSI NUSI
131420009
Pendidikan Karakter adalah suatu konsep dasar yang
diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani
maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya sehingga dapat
mengurangi krisis moral yang menerpa negeri ini. Menurut para ahli pengertian
pendidikan karakter haruslah diterapakan ke dalam pikiran seseorang sejak usia
dini, remaja bahkan dewasa, sehingga dapat membentuk karakter seseorang menjadi
lebih bernilai dan bermoral.
Pendidikan karakter merupakan bagian yang sangat
penting yang menjadi tugas sekolah, namun kurang mendapatkan perhatian. Akibatnya
kurangnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam ranah persekolahan
sebagaimana pendapat Lickona, telah menyebabkan berkembangnya berbagai penyakit
social ditengah masyarakat. Seyogyanya sekolah tidak hanya berkewajiban
meningkatkan pencapaian akademis tetapi juga bertanggungjawab dalam membentuk
karakter peserta didik. Untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik
harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum,
proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan
aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah. Disamping itu
untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara
obyektif bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga untuk masyarakat
secara keseluruhan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.6 Intinya pendidikan selain sebagai proses
humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu manusia
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio) untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Menurut Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan
sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat
menjadi beradab.2 Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana
sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
Menurut Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras
dengan alam dan masyarakatnya.4 Sedangkan secara terminologi, pengertian
pendidikan banyak sekali dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh pendidikan, di
antaranya: Pertama, menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu
benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian
benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana
seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.12Selanjutnya,
menurut Maksudin yang dimaksud karakter adalah ciri khas setiap individu
berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas
batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah)
hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun
negara.
Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran
kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius,
cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam
sejarah.” Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Muchlas Samani
berpendapat bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat senada juga disampaikan
oleh Agus Wibowo, bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan karakter yang
ditanamkan baik orangtua kepada anaknya ataupun guru kepada muridnya selama ini
hanya lebih menekankan pada aspek pengetahuan dari pada aspek sikap dan
aplikasinya. Fenomena pelajar sekolah dasar saja sudah sangat dekat dengan yang
namanya tawuran, minuman beralkohol bahkan dilingkungan anak sekolah dasar
sudah mengenal yang namanya narkoba. Ditambah perkembangan multimedia yang
sudah sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia khusunya anak sekolah
dasar, dikarenakan anak-anak-anak sudah lebih dekat dengan media online atau
gadget ketimbang dengan orang yang ada
disekitarnya. menjadi bukti, banyak pemberitaan di media massa baik Televisi
ataupun media massa yang lainnya sering mempertontonkan anjloknya pendidikan
dari sisi moralitas anak sekolah sekarang.
khususnya Kota Gorontalo sedang
menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis karakter
yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada menurunnya kualitas
moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek, konflik antar siswa
meningkatnya kriminalitas dikalangan siswa sekolah dasar, menurunnya etos
kerja, dan masih banyak lagi.
Pembentukan karakter merupakan
salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003
menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Adapun amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh
berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Menurut Yurni,2018: Ternyata
kesuksesan seseorang tidakan semata–mata ditentukan oleh kemampuan berfikir
saja (Pengetahuan), tetapi lebih kepada tindakan mengelola diri sendiri dan
dapat mempengaruhi orang lain (soft skill). Hal ini membuktikan bahwa
kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh kemampuan manage self daripada
kemampuan knowlage. Dan juga sebagai isyarat bahwa mutu pendidikan karakter
mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di masa yang akan datang.
Pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang
bertujuan untuk membentuk pribadi anak bangsa, supaya menjadi manusia yang
baik. secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi
oleh penggunaan gatget. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Gorontalo adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur dalam rangka Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk
membentuk pribadi anak bangsa, supaya menjadi manusia yang baik. secara umum
adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh penggunaan gatget.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Gorontalo adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur dalam
rangka.
Untuk mengatasi masalah tersebut,
seharusnya para guru mengaplikasikan pendidikan karakter karena sifat anak
sekolah dasar itu adalah meniru, maka dari itu guru harus belajar datang tepat
waktu disekolah, tidak menggunakan handphone saat mengajar, tidak memarahi
siswa yang berlebihan sehingga siswa merasa dinasehati bukan dimarahi. Guru seperti
yang akan membawa keberhasilan implementasi pendidikan karakter.Berkaitan
dengan pembentukan karakter siswa sekolah dasar untuk bisa beretika, bermoral
dan mampu menjalin komunikasi yang baik, maka dari gurujuga yang harus
memulainya.
Manusia tidak lepas dari
pendidikan, di dalam keluarga, masyarakat, terlebih lagi sekolah, kita dapat
menemukan suatu pendidikan. Pendidikan dalam keluarga, pendidikan yang pertama
kali didapat oleh seseorang yaitu penanaman nilai, etika, moral, dan akhlak,
sejak dia lahir ke dunia sehingga pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga
sejak kecil akan menjadi karakter anak tersebut. Setelah seseorang sudah mulai
mengenal lingkungan sekitar akan mendapat pendidikan yang bersifat sosial, di
masyarakat, seseorang mendapatkan nilai-nilai sosial yang mengajarkan bagaimana
bersosialisasi dengan orang lain. Selain keluarga dan masyarakat, ketika
seseorang sudah cukup umur, mereka akan mendapat pendidikan formal di dalam
sekolah yang berkaitan dengan akademik atau kognitif yang ditambah afektif dan
psikomotorik. Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada
dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Peran keluarga, masyarakat, dan
sekolah sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter.
Penerapan pendidikan karakter di
sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran),
pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler
dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di
masyarakat.
Memahami Pendidikan karakter
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Indonesia merupakan
salah satu yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di
antaranya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas pendidikan karakter
belum dapat diaplikasikan secara sistematis berdampak positif pada pencapaian
akademis. Kegagalan guru dalam menumbuhkan karakter anak didik disebabkan
seorang guru yang belum mampu memperlihatkan dan menujukkan karakter sebagai
seorang yang patut didengar dan diikuti. Sedangkan guru dapat menjadi inspirasi
dan suri tauladan yang dapat merubah karakter anak didiknya untuk menjadi
manusia yang mengenal potensi dan karakternya sebagai makhluk sosial. Apabila
karakter anak telah terbentuk sejak kecil mulai dari lingkungan sosial sampai
Sekolah Dasar, maka generasi masyarakat Indonesia akan menjadi manusia-manusia
yang berkarakter yang dapat menjadi penerus bangsa demi terciptanya masyarakat
yang adil, jujur, bertartanggung jawab, sehingga tercipta masyarakat yang aman
dan tentram sebuah suatu negara. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan
cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King,
yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education
(kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Pendidikan karakter bukan hanya
sebagai pendidikan benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang
perilaku yang baik. Upaya pengembangan pendidikan karakter tersebut perlu
didukung oleh peran serta semua warga sekolah. (Alfajar, 2014). Karakter
merupakan kualitas atau kekuatan mental, moral, perilaku, sikap,dan kepribadian
seseorang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat yang nantinya
akan dipertanggungjawabkan kepada TUHAN Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter di sekolah
dasar sudah sangat tepat karena sekolah dasar merupakan salah satu langkah awal
penanaman dan pembentukan karakter peserta didik, karena mereka masih dalam
masa perkembangan dan lebih suka meniru berdasarkan rasa ingin tahu yang
tinggi. Masa usia sekolah dasar merupakan masa dimana anak-anak senang
melakukan eksperimen-eksperimen dari apa yang di dengar ataupun diketahui. Oleh
sebab itu peran guru sekolah dasar menjadi sangat penting dalam hal membentuk
karakter peserta didik.
Untuk mendukung upaya pembinaan
nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme di sekolah melalui pembelajaran PKn,
maka perlu diupayakan pembelajaran PKn yang memiliki kekuatan (powerful).
(Maftuh, 2008). Bukan hanya pembelajaran PKn diajarkan pendidikan karakter pada
sekolah dasar, namun untuk semua mata pelajaran guru dapat menanamkan
pendidikan karakter.
Selain penanaman nilai-nilai
karakter lewat mata pelajaran, guru juga harus mengontrol apa saja yang diakses
oleh siswa melalui gatget yang digunakan. Sebisa mungkin guru harus melarang
siswa untuk membawa gatget disekolah, hal ini mengurangi intensitas siswa
dengan terhadap gatgetnya. Begitupula ketika siswa masuk diruang laboratorium
komputer, guru harus lebih aktif untuk memantau segala yang diakses siswanya
dan kemudia untuk diberikan arahan mana yang berdampak positi ataupun
negatifnya
DAFTAR PUSTAKA
Bruno, L. (2019). Pendidikan Karakter 5S. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Rahman, Y., & Gorontalo, U. M. (2018). Kurangnya
Pemahaman Manajamen Pendidikan. April, 112–123.