Kamis, 08 April 2021

Penerapan Pembelajaran Karakter Pada Siswa Di Kota Gorontalo

 

PENERAPAN PEMBELAJARAN KARAKTER PADA SISWA DI KOTA GORONTALO

 

OLEH

FIRANDA FITTIANSI NUSI

131420009

 

 


Pendidikan Karakter adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya sehingga dapat mengurangi krisis moral yang menerpa negeri ini. Menurut para ahli pengertian pendidikan karakter haruslah diterapakan ke dalam pikiran seseorang sejak usia dini, remaja bahkan dewasa, sehingga dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih bernilai dan bermoral.

Pendidikan karakter merupakan bagian yang sangat penting yang menjadi tugas sekolah, namun kurang mendapatkan perhatian. Akibatnya kurangnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam ranah persekolahan sebagaimana pendapat Lickona, telah menyebabkan berkembangnya berbagai penyakit social ditengah masyarakat. Seyogyanya sekolah tidak hanya berkewajiban meningkatkan pencapaian akademis tetapi juga bertanggungjawab dalam membentuk karakter peserta didik. Untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah. Disamping itu untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Intinya pendidikan selain sebagai proses humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu manusia mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio) untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Menurut Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.2 Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Menurut Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.4 Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan banyak sekali dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh pendidikan, di antaranya: Pertama, menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.12Selanjutnya, menurut Maksudin yang dimaksud karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.

Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Muchlas Samani berpendapat bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo, bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan karakter yang ditanamkan baik orangtua kepada anaknya ataupun guru kepada muridnya selama ini hanya lebih menekankan pada aspek pengetahuan dari pada aspek sikap dan aplikasinya. Fenomena pelajar sekolah dasar saja sudah sangat dekat dengan yang namanya tawuran, minuman beralkohol bahkan dilingkungan anak sekolah dasar sudah mengenal yang namanya narkoba. Ditambah perkembangan multimedia yang sudah sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia khusunya anak sekolah dasar, dikarenakan anak-anak-anak sudah lebih dekat dengan media online atau gadget  ketimbang dengan orang yang ada disekitarnya. menjadi bukti, banyak pemberitaan di media massa baik Televisi ataupun media massa yang lainnya sering mempertontonkan anjloknya pendidikan dari sisi moralitas anak sekolah sekarang.

khususnya Kota Gorontalo sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis karakter yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek, konflik antar siswa meningkatnya kriminalitas dikalangan siswa sekolah dasar, menurunnya etos kerja, dan  masih banyak lagi.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Adapun amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Menurut Yurni,2018: Ternyata kesuksesan seseorang tidakan semata–mata ditentukan oleh kemampuan berfikir saja (Pengetahuan), tetapi lebih kepada tindakan mengelola diri sendiri dan dapat mempengaruhi orang lain (soft skill). Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh kemampuan manage self daripada kemampuan knowlage. Dan juga sebagai isyarat bahwa mutu pendidikan karakter mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di masa yang akan datang.

Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak bangsa, supaya menjadi manusia yang baik. secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh penggunaan gatget. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Gorontalo adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur dalam rangka Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak bangsa, supaya menjadi manusia yang baik. secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh penggunaan gatget. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Gorontalo adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur dalam rangka.

Untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya para guru mengaplikasikan pendidikan karakter karena sifat anak sekolah dasar itu adalah meniru, maka dari itu guru harus belajar datang tepat waktu disekolah, tidak menggunakan handphone saat mengajar, tidak memarahi siswa yang berlebihan sehingga siswa merasa dinasehati bukan dimarahi. Guru seperti yang akan membawa keberhasilan implementasi pendidikan karakter.Berkaitan dengan pembentukan karakter siswa sekolah dasar untuk bisa beretika, bermoral dan mampu menjalin komunikasi yang baik, maka dari gurujuga yang harus memulainya.

Manusia tidak lepas dari pendidikan, di dalam keluarga, masyarakat, terlebih lagi sekolah, kita dapat menemukan suatu pendidikan. Pendidikan dalam keluarga, pendidikan yang pertama kali didapat oleh seseorang yaitu penanaman nilai, etika, moral, dan akhlak, sejak dia lahir ke dunia sehingga pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga sejak kecil akan menjadi karakter anak tersebut. Setelah seseorang sudah mulai mengenal lingkungan sekitar akan mendapat pendidikan yang bersifat sosial, di masyarakat, seseorang mendapatkan nilai-nilai sosial yang mengajarkan bagaimana bersosialisasi dengan orang lain. Selain keluarga dan masyarakat, ketika seseorang sudah cukup umur, mereka akan mendapat pendidikan formal di dalam sekolah yang berkaitan dengan akademik atau kognitif yang ditambah afektif dan psikomotorik. Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Peran keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter.

Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.

Memahami Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Indonesia merupakan salah satu yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas pendidikan karakter belum dapat diaplikasikan secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Kegagalan guru dalam menumbuhkan karakter anak didik disebabkan seorang guru yang belum mampu memperlihatkan dan menujukkan karakter sebagai seorang yang patut didengar dan diikuti. Sedangkan guru dapat menjadi inspirasi dan suri tauladan yang dapat merubah karakter anak didiknya untuk menjadi manusia yang mengenal potensi dan karakternya sebagai makhluk sosial. Apabila karakter anak telah terbentuk sejak kecil mulai dari lingkungan sosial sampai Sekolah Dasar, maka generasi masyarakat Indonesia akan menjadi manusia-manusia yang berkarakter yang dapat menjadi penerus bangsa demi terciptanya masyarakat yang adil, jujur, bertartanggung jawab, sehingga tercipta masyarakat yang aman dan tentram sebuah suatu negara. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Pendidikan karakter bukan hanya sebagai pendidikan benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik. Upaya pengembangan pendidikan karakter tersebut perlu didukung oleh peran serta semua warga sekolah. (Alfajar, 2014). Karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental, moral, perilaku, sikap,dan kepribadian seseorang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada TUHAN Yang Maha Esa.

Pendidikan karakter di sekolah dasar sudah sangat tepat karena sekolah dasar merupakan salah satu langkah awal penanaman dan pembentukan karakter peserta didik, karena mereka masih dalam masa perkembangan dan lebih suka meniru berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi. Masa usia sekolah dasar merupakan masa dimana anak-anak senang melakukan eksperimen-eksperimen dari apa yang di dengar ataupun diketahui. Oleh sebab itu peran guru sekolah dasar menjadi sangat penting dalam hal membentuk karakter peserta didik.

Untuk mendukung upaya pembinaan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme di sekolah melalui pembelajaran PKn, maka perlu diupayakan pembelajaran PKn yang memiliki kekuatan (powerful). (Maftuh, 2008). Bukan hanya pembelajaran PKn diajarkan pendidikan karakter pada sekolah dasar, namun untuk semua mata pelajaran guru dapat menanamkan pendidikan karakter.

Selain penanaman nilai-nilai karakter lewat mata pelajaran, guru juga harus mengontrol apa saja yang diakses oleh siswa melalui gatget yang digunakan. Sebisa mungkin guru harus melarang siswa untuk membawa gatget disekolah, hal ini mengurangi intensitas siswa dengan terhadap gatgetnya. Begitupula ketika siswa masuk diruang laboratorium komputer, guru harus lebih aktif untuk memantau segala yang diakses siswanya dan kemudia untuk diberikan arahan mana yang berdampak positi ataupun negatifnya

DAFTAR PUSTAKA

Bruno, L. (2019). Pendidikan Karakter 5S. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Rahman, Y., & Gorontalo, U. M. (2018). Kurangnya Pemahaman Manajamen Pendidikan. April, 112–123.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Pendidikan

  Nama: Yerma Wati Tahir Nim: 131420027 Kelas: 2A Jurusan: Manajemen Pendidikan   Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Pendidikan ...